Cerita dari Secangkir Kopi : Bagian I

Selepas bekerja, aku memutuskan untuk mengunjungi sebuah kedai kopi di penghujung jalan Braga. Cuaca Bandung pada hari itu membuatku tidak ingin tergesa untuk pulang. Suasana kedai sangat ramai. Semua orang memutuskan untuk menetap di kedai lebih lama karena tidak ingin basah terkena rintikan hujan.

Hampir aku urungkan niat untuk menetap sebelum akhirnya seorang pelayan datang menghampiri dan menyilahkanku menempati meja di sudut kedai. Baiklah, pikirku. Dia pergi seusai memberiku lembar menu dan memintaku memanggilnya kembali jika sudah memutuskan pesanan.

Menjadi rutinitasku memilih minuman kopi dengan akhiran kata latte. Tentunya aku lebih suka jika disajikan panas. Aku selalu suka dengan cara barista menyajikan hot latte yang aku pesan. Kali ini aku menantikan bagaimana dia akan membuatku kagum dengan karya hot latte-nya. Aku pernah mendapatkan seekor angsa yang cantik juga beruang yang menggemaskan.

Tak lama setelah pesanan tiba, telepon genggamku berdering.  Nama yang tak asing bagiku muncul di layar. Perhatianku sedikit teralih ketika pelayan meletakkan hot latte pesananku di atas meja. Kali ini bunga cantik yang aku dapatkan pada hot latte ku.

IMG_20151215_162215[1]

Photo copyright @puputrusmana

“Halo?”, sapaku.

“Aku……”, suaranya sangat pelan hampir tak terdengar.

Sepertinya dia ingin menceritakan sesuatu. Aku sangat yakin dia sedang memikirkan hal yang berat. Dan menjadi rutinitasnya mencariku ketika keadaannya seperti ini. Hm, keluhku.

Ia tiba ketika aku sedang mengenyam buku favoritku. Tak berselang lama setelah akhirnya aku menyilahkan dia untuk menghampiriku.

“Aku membutuhkan bantuanmu.”, kalimat pertamanya ketika bertatap muka denganku.

“Aku tahu.”, jawabku. Jelas. Itu kan yang menjadi alasan utamanya bertemu denganku selama ini.

“Kau bersedia membantu?”, katanya.

“Silahkan bercerita, aku akan mendengarkan.”, lanjutku sembari mengisap kopi pesananku.

“Aku….”, ceritanya panjang.

Ia memulai cerita ketika isapan kopi pertamaku. Aku hanya berkomentar “Oh.”

Ia mulai masuk bagian selanjutnya ketika isapan kopi keduaku. Aku merasa iba.

Ia mengatakan inti ceritanya dan aku…

hanya terdiam.

Dan secangkir kopi itu, malam ini membuatku tidak dapat tidur.

bersambung…..

Leave a comment